Breaking

Sunday, April 21, 2013

Proses Tender Lembar Soal Ujian Nasional Dicurigai

Mylinekerr News - PT Ghalia Indonesia Printing selaku pihak pencetak naskah ujian menyalahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena baru mendapatkan master soal 25 hari sebelum pengiriman.



VIVAnews - Pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai pelaksanaan ujian nasional yang terlambat, saling melempar tanggung jawab. PT Ghalia Indonesia Printing selaku pihak pencetak naskah ujian menyalahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena baru mendapatkan master soal 25 hari sebelum pengiriman.

Pihak kementerian mengaku yang mereka lakukan telah sesuai dengan apa yang disyaratkan dalam peraturan. Pengiriman soal pun diklaim dilakukan serentak kepada semua pemenang tender namun hanya Ghalia yang terlambat menyelesaikannya. Lengkapnya, buka tautan ini.

Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Teuku Ramli Zakaria, mengatakan dalam kunjungan yang dilakukan oleh pihak Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud dan BSNP menemukan fakta lain di percetakan pada 10 hari menjelang pengiriman soal. "Pekerja mereka pada saat itu hanya 65 orang," ujarnya, ketika ditemui VIVAnews di Jakarta, Senin 15 April 2013.

Hal ini, menurut Teuku, amat berbeda dengan yang dilihatnya di percetakan lain. Di lima percetakan lainnya, jumlah pekerjanya rata-rata mencapai 500 orang.

Ia juga menduga bahwa hal ini menjadi salah satu penyebab keterlambatan soal yang dibuat perusahaan yang baru dua kali mengikuti tender pencetakan lembar jawaban UN ini.

Sementara itu, Inspektur IV Inspektorat Jenderal Kemendikbud, Amin Priatna, mengatakan pihaknya sudah melakukan tender sesuai dengan aturan yang berlaku. Pihaknya pun dinilainya telah melakukan proses verifikasi terhadap kesiapan dan kemampuan percetakan.
Ia menambahkan, secara jumlah provinsi memang Ghalia mempunyai tanggung jawab mencetak soal ujian yang besar. Namun, secara jumlah, perusahaan yang bermarkas di Bogor ini sama dengan yang lain. "Walau jumlah provinsinya bayak, tetapi jumlahnya hampir sama dengan kelima perusahaan lainnya," ujarnya.

Ghalia menerima kontrak oplah pembuatan soal total sebanyak 106,5 juta soal ujian untuk paket tiga dengan nilai tender sebesar Rp22 miliar. Untuk Paket satu, tender dimenangkan oleh PT Balebat Dedikasi Prima, dengan oplah total 91,2 juta dengan nilai tender Rp12,9 miliar.

Paket dua dipegang oleh PT Pura Barutama dengan total oplah 96,8 juta dan nilai Rp14,5 miliar, paket empat dimenangkan oleh PT Jasuindo Tiga Perkasa dengan total oplah 102,2 juta dengan nilai Rp13,7 miliar.

Sedangkan paket lima oleh PT Karsa Wira Utama, dengan total oplah 103,9 juta lembar dengan nilai Rp16,3 miliar, dan paket keenam oleh PT Temprina Media Grafika dengan total oplah sebanyak 90 juta dengan nilai Rp14,7 miliar.

Sebelumnya, Ghalia mengaku kewalahan dalam penyelesaian produksi soal ujian untuk 11 provinsi yang ada di Indonesia bagian tengah.

Direktur Ghalia , Lukman Hamzah mengakui kesulitan dalam menyeleksi naskah ujian nasional tiap sekolah. Selain itu, banyaknya jumlah soal yang dicetak dan kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam memasukkan kategori-kategori soal ujian. "Saya jamin hari Senin besok semua naskah ujian sudah bisa didistribusikan," katanya.

Hamzah mengakui pernah mencetak soal hanya untuk Provinsi Sumatra Barat. Namun, dia belum berpengalaman mencetak soal untuk 11 provinsi.


"Di lima percetakan lain, jumlah pekerjanya rata-rata 500 orang."



seperti yang sudah saya bold diberita, dari diknas sendiri sudah mengatakan tender dilakukan verifikasi sesuai aturan tetapi ketika melihat pernyataan PT. Ghalia sendiri malah berbicara bagaimana mereka belum berpengalaman untuk mencetak soal, lalu apa parameter yang menjadi acuan diknas sebagai verifikator?tentu menjadi sebuah tanda tanya besar ketika sebuah perusahaan anggaplah newbie bisa memenangkan tender dengan garapan yang paling besar mengingat kemampuan dia yang terbilang "baru" untuk mencetak naskah soal sampai ratusan juta naskah dengan jumlah karyawan yang sangat minimalis yaitu 65 orang dibanding perusahaan lain yang karyawannya berjumlah 500 orang
Jika terbukti memang merugikan Negara, apakah hal ini termasuk ranah tipikor? kita lihat saja perkembangannnya


lalu bagaimana dengan pendapat blogger disini?

Lelang Soal Ujian Nasional Seperti Arisan?


TEMPO.CO, Jakarta - Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menyatakan dugaan korupsi dalam pelaksanaan Ujian Nasional cukup terang. "Dari proses tender, ada indikasi (korupsi)," ujar Koordinator Investigasi dan Advokasi Uchok Sky Khadafi, Senin, 15 April 2013.

Uchok menyebut, proses lelang seperti arisan. "Ada enam paket, dan yang menang perusahaan-perusahaannya itu-itu saja," katanya. Perusahaan yang dimaksud diantaranya PT Ghalia Indonesia Printing, PT Aneka Ilmu, PT Jasuindo Tiga Perkasa, dan PT Balebat Dedikasi Prima.

Menurut Uchok, beberapa kejanggalan dalam proses lelang salah satunya dengan memenangkan PT Ghalia. Perusahaan ini ternyata menawarkan harga lebih tinggi, Rp 22,8 miliar namun malah menjadi perusahaan pemenang tender. Perusahaan lainnya yang menawar lebih rendah, seperti PT Aneka Ilmu Rp 17 miliar, PT Jasuindo Tiga Perkasa Rp 21,1 miliar, dan PT Balebat Dedikasi Prima Rp 21,6 miliar, tak mendapat porsi pengadaan terbesar.

Dalam dokumen yang diperoleh Tempo. PT Ghalia dipegang oleh lima pemegang saham. Modal dasar perseroan berjumlah Rp 10,15 miliar yang terbagi atas 10.150 saham, masing-masing saham bernilai nominal sebesar Rp 1 juta.

Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan oleh para pemegang saham, yaitu: Djusni Djohan, sebanyak 2.380 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 2,83 miliar dan Siti Aisyah Lukman, sebanyak 1.830 saham senilai Rp 1,83 miliar.

Ada pula Hamzah Lukman, sebanyak 1.830 saham dengan nilai nominal Rp 1,83 miliar; Zikra Lukman sebanyak 1.830 saham senilai Rp 1,83 miliar; dan Siti Chadijah, sebanyak 1.830 saham senilai Rp 1,83 miliar.
kejanggalan terdapat pada tender ketika PT lainnya menawar lebih rendah tetapi malah mendapat porsi yang lebih sedikit ketimbang PT Ghalia yang menawar harga yang tinggi 22,8 M. Fantastis.


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment