Breaking

Tuesday, November 15, 2011

5 Iklan Kampanye Peduli Anak Anak

Mimpi atau cita-cita kita kenal dari usia dini, dalam hal ini masa kecil adalah masa dimana kita mengenal dunia dengan indah dan penuh keceriaan menyebutkan dan mendambakan masa depan kita.  Sayangnya, tidak semua keceriaan dan keindahan itu bisa dinikmati beberapa
anak-anak di belahan dunia ini. Problematika besar yang seharusnya belum ditanggung oleh mereka, faktanya terjadi. Kampanye tentang kepedulian ini berusaha dirangkum lewat 5 Iklan Peduli Anak-anak oleh uniknya.com :

1 Anak-anak korban perang
Dengan tagline300000 child soldiers dream of simply being children” yang sangat terlihat jelas dalam 3 iklan  yang menunjukkan kehidupan anak-anak dalam zona perang. Adalah agensi TBWA Paris yang membuat iklan tersebut di tahun 2007. Pesan mereka sangat tersampaikan lewat 3 iklannya yang diperkuat oleh sentuhan grayscale.

Anak-anak korban perang (Sumber: adsoftheworld.com)

Masa kecil biasanya dihiasi dengan penuh mainan, dari mulai ayunan sampai permainan tradisional. Pada iklan kampanye anak-anak dalam suasana perang ini, TBWA melakukan perbandingan kontras dan ngeri antara apa yang biasa dijumpai dalam permainan anak-anak dengan suasana perang. Dalam iklannya diperlihatkan anak kecil yang bermain ayunan lalu bersebelahan dengan mayat korban perang yang bergelantungan, permainan bola sepak yang mempergunakan tengkorak manusia dan permainan jenga yang mengganti balok-balok dengan tulang sumsum manusia.

2 Anak-anak pekerja
Di India, per 2009, lebih dari 13 juta anak-anak di bawah 14 tahun dipaksa untuk bekerja. Dalam iklan peduli anak ini, agensi iklan Marked for Trade asal Amerika Serikat menerjemahkan keadaan ini melalui pesan sindiran yang tergambar dalam iklan Employee of The Month. Digambarkan ada 10 foto anak yang menjadi pekerja teladan. Tidak seperti format biasanya, dimana potrait pekerja teladan ditunjukkan setengah badan, pada iklan ini potrait pekerja diperlihatkan hanya setengah wajah bahkan hanya  sampai bagian dahinya saja. Bukan hanya senyum yang tidak terlihat di sini, tapi juga kewajaran pada suatu penghargaan.

Anak-anak pekerja (Sumber: adsoftheworld.com)

3. Anak-anak dengan lingkungan tercemar
Kemungkinan besar manusia, khususnya orang dewasa, hanya berpikir bahwa pencemaran lingkungan berdampak pada iklim dan lingkungan yang mereka huni sekarang, tapi jarang memikirkan dampak untuk penerusnya kelak. Problematika yang harus dihadapi anak-anak salah satunya adalah pencemaran lingkungan.

Anak-anak dengan lingkungan tercemar (Sumber: adsoftheworld.com)

Dalam iklannya, M&C Saatchi Australia menggambarkan seorang anak dari Kenya yang mengambil air yang sudah terkontaminasi untuk diminum.  Potrait tersebut lalu dijadikan sebuah iklan sebuah pameran dengan tagline We Must Make This a Thing of The Past. diperkuat dengan penempatan boks transparan, persis seperti sebuah pameran tentang suatu hal dari masa lalu.

4.  Anak-anak pekerja seksual
Tak dipungkiri, anak-anak yang terpaksa berprofesi pekerja seksual menjadi sorotan dunia.  Sama dengan iklan anak-anak dengan lingkungan tercemar, M&C Saatchi Australia menggambarkan seorang anak di lingkungan lokalisasi lengkap dengan boks transparan yang mempertegas tagline yang sama, We Must Make This a Thing of The Past. Suasana tersebut mengambil contoh dari lokalisasi di Bangladesh. Dengan tahun yang sama dengan iklan sebelumnya. M&C Saatchi membuat iklan ini pada tahun 2009

Anak-anak pekerja seksual (Sumber: adsoftheworld.com)

5 Anak-anak dengan kebutuhan penunjang kesehatan
Banyak sekali iklan produk kecantikan yang mengambil hati para perempuan-perempuan di dunia ini yang memuja kecantikan. Serviceplan Munich dengan Unicef membuat iklan untuk mengumpulkan donasi dengan pendekatan iklan yang mirip dengan iklan produk kecantikan. Tentunya itu merupakan sindiran, dimana banyak orang mencari kecantikan, anak-anak di wilayah Afrika hanya butuh hal sederhana seperti vaksin, jala nyamuk dan sabun untuk mandi.

Anak-anak dengan kebutuhan penunjang kesehatan (sumber: adsoftheworld.com,uniknya.com)


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment