Illustrasi |
System pendidikan di Indonesia juga yang masih terkesan value oriented karena masih menghandalkan adanya prinsip-prinsip benar-salah yang diterima oleh individu atau kelompok social itu dalam maksud tersebut adalah dengan mengutamakan nilai di bandingkan prosesnya pada akhirnya anak murid tersebut menjadi robot-robot yang obsessed sama nilai . Guru bukanlah dewa yang selalu benar dan salah dan murid bukanlah kerbau(Soe Hok Gie).
Tujuan dari sekolah itu ilmu mencari ilmu pak/ bu bukan mencari nilai pelajaran yang diberikan bukan untuk nilai tapi biar bisa di praktekan dalam kehidupannya sehari-hari. Ketika KKM(Kriteria Ketentuan Minimal ) dijadikan Patokan pada akirnya murid lebih focus terhadap nilai daripada prakteknya,sampai-sampai murid pun mulai mencontek pada saat ujian agar tidak mau remedial pada akhirnya tidak mau belajar akibat stress dan jenuh ini pada akhirnya,
Indonesia pun salah makna dech tentang cerdas yang keliru . dengan tuntutan murid-muridnya di suruh menghapal semua mata pelajaran kalo dia bisa jawab pada saat ujian dengan nilai tinggi dibilang sama gurunya anak Cerdas ,lama- kelamaan anak murid tersebut jadi muntah sama hapalannya di samping itu juga anak muridnya lebih cepat lupa sama hapalnya dalam waktu berikutnya
Bagaimana mau belajar kalau sekolahnya mulai dari jam pagi selesai jam sore sudah itu seminggu lagi ,yang ada malahan muridnya menjadi capek di kelas,lemes,lunglai,letih ,dan lesu(iklan kaleee….),susah berpikir,ditambah lagi guru yang mononton tidak adanya lagi rasa semangtisme yang ada malah muridnya berisiiik tersebut .Ditambah lagi juga murid-murid yang sudah rame,tidak ada yang cakep,cerewet,udah jelek di sok cantik,ckckck….malahan sosialnya menjadi kurang .
edukasi.kompasiana.com
Tweet