Tweet
Mylinekerr Fact -
Kabut asap di Riau yang merupakan agenda wajib masyarakat Riau setiap tahunnya kian hari kian mengkhawatirkan. Ribuan korban tiap hari berjatuhan akibat bencana ini. Kalau di California Amerika kebakaran hutan dan lahan murni karena cuaca panas yang ekstrim, lain halnya dengan yang terjadi di Riau, masyarakatnya sendiri yang sengaja membakar lahan untuk membuka ladang baru. Alasannya cukup sederhana, hemat biaya. Dengan sistim bakar para petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuka lahan baru untuk dijadikan kebun kelapa sawit atau kebun jagung. Ditambah lagi sisa abu pembakaran itu membuat lahan gambut yang akan ditanami menjadi subur. Belum lagi perusahaan atau korporasi yang juga membuka lahan dengan cara sistim bakar, membuat bencana ini tidak pernah berakhir. Bencana ini akan datang setiap tahunnya setiap musim kemarau tiba.
17 Tahun sudah semenjak kebakaran hutan dan lahan terparah tahun 1997. Bencana ini terjadi lagi dan lagi setiap tahun tanpa bisa diatasi. Mari Kita simak beberapa fakta berikut ini :
Ada aturan tidak tertulis di kalangan petani yang mengatakan kalau ada keringan bagi petani / memperbolehkan petani untuk membuka ladang dengan sistim bakar asalkan lahan yang di bakar tidak lebih dari 2 Ha dan apinya tetap di jaga tidak merambat ke lahan sebelah.Hello!!!!…..kalau seribu orang yang membakar lahan ? 1000 x 2 Ha = 2000 Ha Ncik. Peraturan dari mana lah ini…ck..ck…ck. Kapan bencana ini akan berakhir?
Data yang di dapat dari berbagai rumah sakit lebih dari 40.000 jiwa korban ISPA yang berobat ke rumah sakit. Yang belum pergi berobat dan yang sudah tewas ada berapa orang ya?
"Macam mana lagi, upaya sudah dikerahkan semua, namun api tak padam-padam. Serahkan semuanya ke Yang Kuasa," kata Gubernur Riau di Pekanbaru, Riau, Senin 13/03/2014 (liputan6.com). Bagaimana seorang Gubernur bisa berkata seperti itu. Na’uzubillahiminzalik. Memang betul Atuk, kita serahkan kepada yang maha kuasa, tapi bukan berarti menyerah untuk berusaha dan berikhtiar Tuk. Atuk kan orang nomor 1 Riau, paling tidak tunjukkanlah sikap yang lebih bijaksana pada masyarakat. Jangan salahkan kalau banyak orang yang menghujat Atuk.
Polusi udara di Riau sudah mencapai pada level berbahaya, kalau kita mengacu kepada standar kesehatan Internasional, Propinsi Riau sudah tidak layak huni dan semua penghuninya wajib diungsikan karena udaranya sudah tidak layak untuk di hirup. Bagaimana caranya mengungsikan jutaan orang?
Warga Riau menuding pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak serius untuk menangani masalah ini. Disatu sisi tudingan ini ada benarnya, sejauh ini baru helikopter perusahaan yang lalu lalang di udara untuk membantu pemadaman api. Hanya ada 1 buah pesawat cassa dan 1 helikopter milik BNPB. Helikopter dan pesawat dari AU pada kemana?.
Dilema bagi Dinas Pendidikan untuk menetapkan hari libur bagi anak sekolah, disatu sisi anak-anak sudah hampir 1 bulan tidak sekolah, disatu sisi pelajaran mereka sudah banyak tertinggal. Bagaimana lah nasib anak-anak ini lagi.
Untuk bencana Gunung Kelud hanya butuh satu hari bagi pemerintah untuk melakukan tanggap darurat bencana, di Riau kok bisa sampai beratus ratus hari ya? Wajar saja masyarakat mempertanyakan bagaimana penanganan dari Pemda dan Pemerintah Pusat.
Berdasarkan pantauan dari media sosial Facebook dan Twitter, warga Riau yang marah, kesal dan kecewa mengancam akan Golput pada Pemilu mendatang.Apakah harus sampai sejauh itu? Akibat dari banyaknya pemilih yang golput lah makanya terpilih pemimpin yang tidak becus. Coba pikirkan sekali lagi sebelum mengancam untuk golput, bepikir lebih jernih.
Yang paling menggelikan ada orang yang menulis sebuah artikel di Kompasiana yang saya baca beberapa jam yang lalu mengatakan kalau kebakaran hutan dan lahan ini mengandung unsur politis untuk menjelekkan citra Pak Presiden SBY.Aduh…boro-boro untuk berpikir politik, untuk bernafas saja sudah susah. Ada-ada saja, ini orang entah pernah datang ke Riau dalam sebulan terakhir entah tidak.
Kabut asap ini tidak hanya melanda propinsi Riau,tapi sudah mencapai Mandailing Natal Tapsel, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Propinsi Jambi. Bahkan dampak kabut asap yang dirasakan di berbagai daerah tersebut tidak kalah parah dengan yang terjadi di Riau. Sudah sewajarnya Pak Presiden marah kepada lambannya penanganan yang dilakukan oleh Pemda Riau dan jajaran menterinya dalam menangani bencana kabut asap. Kedepan dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan sistim bakar mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh kabut asap. Diperlukan tindakan tegas tanpa kompromi dari pemerintah bagi pembakar lahan dan hutan dan pemilik lahan yang menjadi aktor dibalik layar atas pembakaran lahan pembukaan lahan milik perusahaan.
Dalam dua minggu terkhir diberbagai tempat di Riau sudah diadakan shalat Istisqa’ namun hujan belum juga turun. Bagaimana doa’ akan terkabul kalau manusia tetap berbuat kerusakan?. Bagaimana Tuhan akan menurunkan hujan kalau pembakaran lahan sebagi penyebabnya tetap dibiarkan?Sabar dan tabah sembari tidak bosan untuk memohon ampunkepada Tuhan, berdoa’ dan berusaha dalam menghadapi musibah ini, hanya itu yang bisa dilakukan. Semoga bencana ini cepat berlalu.
17 Tahun sudah semenjak kebakaran hutan dan lahan terparah tahun 1997. Bencana ini terjadi lagi dan lagi setiap tahun tanpa bisa diatasi. Mari Kita simak beberapa fakta berikut ini :
Ada aturan tidak tertulis di kalangan petani yang mengatakan kalau ada keringan bagi petani / memperbolehkan petani untuk membuka ladang dengan sistim bakar asalkan lahan yang di bakar tidak lebih dari 2 Ha dan apinya tetap di jaga tidak merambat ke lahan sebelah.Hello!!!!…..kalau seribu orang yang membakar lahan ? 1000 x 2 Ha = 2000 Ha Ncik. Peraturan dari mana lah ini…ck..ck…ck. Kapan bencana ini akan berakhir?
Data yang di dapat dari berbagai rumah sakit lebih dari 40.000 jiwa korban ISPA yang berobat ke rumah sakit. Yang belum pergi berobat dan yang sudah tewas ada berapa orang ya?
"Macam mana lagi, upaya sudah dikerahkan semua, namun api tak padam-padam. Serahkan semuanya ke Yang Kuasa," kata Gubernur Riau di Pekanbaru, Riau, Senin 13/03/2014 (liputan6.com). Bagaimana seorang Gubernur bisa berkata seperti itu. Na’uzubillahiminzalik. Memang betul Atuk, kita serahkan kepada yang maha kuasa, tapi bukan berarti menyerah untuk berusaha dan berikhtiar Tuk. Atuk kan orang nomor 1 Riau, paling tidak tunjukkanlah sikap yang lebih bijaksana pada masyarakat. Jangan salahkan kalau banyak orang yang menghujat Atuk.
Polusi udara di Riau sudah mencapai pada level berbahaya, kalau kita mengacu kepada standar kesehatan Internasional, Propinsi Riau sudah tidak layak huni dan semua penghuninya wajib diungsikan karena udaranya sudah tidak layak untuk di hirup. Bagaimana caranya mengungsikan jutaan orang?
Warga Riau menuding pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak serius untuk menangani masalah ini. Disatu sisi tudingan ini ada benarnya, sejauh ini baru helikopter perusahaan yang lalu lalang di udara untuk membantu pemadaman api. Hanya ada 1 buah pesawat cassa dan 1 helikopter milik BNPB. Helikopter dan pesawat dari AU pada kemana?.
Dilema bagi Dinas Pendidikan untuk menetapkan hari libur bagi anak sekolah, disatu sisi anak-anak sudah hampir 1 bulan tidak sekolah, disatu sisi pelajaran mereka sudah banyak tertinggal. Bagaimana lah nasib anak-anak ini lagi.
Untuk bencana Gunung Kelud hanya butuh satu hari bagi pemerintah untuk melakukan tanggap darurat bencana, di Riau kok bisa sampai beratus ratus hari ya? Wajar saja masyarakat mempertanyakan bagaimana penanganan dari Pemda dan Pemerintah Pusat.
Berdasarkan pantauan dari media sosial Facebook dan Twitter, warga Riau yang marah, kesal dan kecewa mengancam akan Golput pada Pemilu mendatang.Apakah harus sampai sejauh itu? Akibat dari banyaknya pemilih yang golput lah makanya terpilih pemimpin yang tidak becus. Coba pikirkan sekali lagi sebelum mengancam untuk golput, bepikir lebih jernih.
Yang paling menggelikan ada orang yang menulis sebuah artikel di Kompasiana yang saya baca beberapa jam yang lalu mengatakan kalau kebakaran hutan dan lahan ini mengandung unsur politis untuk menjelekkan citra Pak Presiden SBY.Aduh…boro-boro untuk berpikir politik, untuk bernafas saja sudah susah. Ada-ada saja, ini orang entah pernah datang ke Riau dalam sebulan terakhir entah tidak.
Kabut asap ini tidak hanya melanda propinsi Riau,tapi sudah mencapai Mandailing Natal Tapsel, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Propinsi Jambi. Bahkan dampak kabut asap yang dirasakan di berbagai daerah tersebut tidak kalah parah dengan yang terjadi di Riau. Sudah sewajarnya Pak Presiden marah kepada lambannya penanganan yang dilakukan oleh Pemda Riau dan jajaran menterinya dalam menangani bencana kabut asap. Kedepan dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan sistim bakar mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh kabut asap. Diperlukan tindakan tegas tanpa kompromi dari pemerintah bagi pembakar lahan dan hutan dan pemilik lahan yang menjadi aktor dibalik layar atas pembakaran lahan pembukaan lahan milik perusahaan.
Dalam dua minggu terkhir diberbagai tempat di Riau sudah diadakan shalat Istisqa’ namun hujan belum juga turun. Bagaimana doa’ akan terkabul kalau manusia tetap berbuat kerusakan?. Bagaimana Tuhan akan menurunkan hujan kalau pembakaran lahan sebagi penyebabnya tetap dibiarkan?Sabar dan tabah sembari tidak bosan untuk memohon ampunkepada Tuhan, berdoa’ dan berusaha dalam menghadapi musibah ini, hanya itu yang bisa dilakukan. Semoga bencana ini cepat berlalu.
Sumber : rank-jabasko.blogspot.co.id Tweet
sungguh tega yg melakukan hal tersebut
ReplyDelete